Rabu, 23 Januari 2013

4 LANGKAH CERDAS


Cita-cita bukanlah kata baru bagi diri kita. Bahkan kita telah mendengar dan mengucapkannya saat kita masih kanak-kanak. Dulu, ketika kita ditanya, "Apa cita-cita kalian anak-anak?" Entah kenapa sebagian besar dari kita pasti menjawab: dokter, pilot, insinyur, dsb. Mungkin karena saat itu profesi itulah yang terlihat keren 
bagi kita. Oh tidak, bukan keren, tapi koureen (melambangkan kelebayan yang sudah kronis).

Nah... Itulah yang membedakan dulu dan kini. Dulu kita cenderung spontan dan reaktif, apa saja yang terlihat koureen pasti kita langsung menjadikkannya sosok ideal dan kita cita-citakan. Tapi kini, kita telah semakin beranjak dewasa, cara berpikir dan bersikap pun sudah seharusnya menjadi semakin bijak. Termasuk dalam menentukan cita-cita.

Oleh karena itu, kita harus tahu, cita-cita apa yang paling tepat bagi diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia (Wuih, sampe mendunia gitu). Berikut saya berikan beberapa langkahnya:

1. Menyadari Misi Hidup
Inilah langkah awal yang pertama kali harus kita lakukan. Sebenarnya untuk apa sih kita hidup di dunia ini? Kalau dalam Islam, misi hidup adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Sehingga segala usaha dan daya upaya kita di dunia harus tertuju pada-Nya. Tapi... Konsep ini juga bisa diuniversalitaskan kok, agar bisa diterima oleh semua pemuluk agama, yakni menjadi bermanfaat bagi setiap orang dan maju bersama dalam kedamaian.

Hal ini jugalah yang seringkali membedakan antara kesuksesan yang satu dengan kesuksesan yang lain. Misal, si A merasa sukses karena berkuasa dan memiliki harta, tetapi si B justru merasa sukses karena setiap yang dia punya mampu bermanfaat bagi orang lain. Karena kesuksesan tidak dinilai dari jumlah (kuantitas) tapi dari daya kebermanfaatannya (kualitas).

Untuk itu, cita-cita apapun yang kita inginkan haruslah tetap berada pada trek ini: trek kebermanfaatan.

2. Mengenali Kompetensi Diri
Setelah tahu trek mana yang harus kita jadikan jalan, selanjutnya adalah mobil apa yang akan kita pakai. Ialah kompetensi diri. Karena kesuksesan cita-cita seseorang sangat bergantung pada ketercocokan antara kompetensi diri dengan peran yang berusaha ia ambil.

Coba pikirkanlah! kira-kira kompetensi apa yang kita punya sekarang dan kira-kira peran apa yang cocok untuk kita. Tapi ingat! kompetensi adalah integrasi dari bakat dan minat. Bisa saja anda merasa tidak berbakat menulis, tapi anda berminat. Maka anda harus melatihnya, agar minat bisa ter-follow up menjadi kompetensi.

3. Melihat Kebutuhan Masyarakat
Karena trek kita adalah trek kebermanfaatan, maka kita pun harus menyesuaikan kompetensi diri kita dengan kebutuhan masyarakat. Contoh: Si A merasa mampu menjadi seorang panglima perang, tetapi negara sedang dalam keadaan damai. Seberepa bermanfaatkah ia? Pasti takkan sebesar jika negara sedang terancam.

Selain itu, kita juga harus mampu jeli melihat peluang. Bukan masalah uang, tapi kebaikan. Kira-kira peluang kebaikan apa yang masih banyak orang lain lirik. Maka pilihlah itu.

Lihatlah! Mulai dari hal sekitar. Kira-kira, apa yang sedang lingkungan butuhkan, sesuaikan dengan kompetensi diri kita, dan BOOM! Ledakan kebermanfaatan akan segera terjadi.

4. Tentukan Cita-Cita Anda Sekarang Juga!
Tak ada waktu lagi. Tentukanlah cita-cita anda sekarang juga. Jangan takut salah. Karena seiring dengan berjalannya waktu cita-cita itupun akan terus mengalami berbagai penyesuaian dan penyelarasan mengingat kompetensi diri yang terus berkembang dan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.

Setelah cita-cita telah kita tentukan, tulislah karena itu akan mengikatnya, lalu ceritakanlah pada teman-teman anda karena saran dan kritik dari mereka akan sangat berguna bagi masa depan anda.

Ingat! Di perjalanan kita nanti, cita-cita akan berfungsi sebagai penjaga nafas tekad. Di kala tekad kita tidak stabil dan fluktuatif, pengingatan kembali cita-cita besar dan mulia akan melahirkan energi jiwa: Dorongan Tekad yang Menyegarkan dan Menggerakkan.
Powered By Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar